Five Nights At Freddy's (Episode 14)


Penulis: Scott Cawthon


Mereka tersadar. Ini sudah pagi. Sang Manajer membangunkan mereka, terlihat sedikit panik karena melihat keduanya terbaring seperti habis didorong dengan cara kasar.

"Syukurlah kalian bisa bangun! Kalian tidak apa-apa?!"

Mike mengangguk. "Uhm—ya," John menyentuh kepalanya yang sedikit terasa sakit dan berat. "Hanya saja mimpi tadi seperti nyata,"

"Itu bukan mimpi, itu ingatan mereka, dan juga hasrat mereka," ralat Mike. "Astral Projection?" sahut John. "Mungkin, mereka memperlihatkan semua kejadian di masa lalu dan menuntun kita kembali kemari,"

"Mereka? Para arwah anak kecil itu?" Manajer tampaknya mengerti keadaan yang baru saja dialami kedua anak buahnya itu.

"Ya, mereka menginginkan pembunuh itu, Vincent. Dan—Foxy tampaknya menyesal telah membunuh… temanmu, Manajer," Mike menghela nafasnya.

"S-sudah kuduga, Foxy kesukaanku tidak akan berbuat seperti itu, dia hanya mengira… wajah Jeremy adalah Vincent," Manajer Fritz menunduk, menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca.

"Jadi, Vincent saja tidak ditemukan. Bagaimana ini?" John bertanya mengganti topik.

"Yang bisa kulakukan hanya menutup tempat ini, tidak lebih dan tidak kurang. Para wartawan koran juga sudah datang dan akan menyebarkan berita ini,"

.

.

.

Mike memandangi selembar kertas berwarna merah muda. Kertas itu bertuliskan tentang pemecatan anak buah dari sang atasan, alasan yang Manajer tulis benar-benar tidak masuk akal dalam maksud menghibur.

MERUSAK PARA ANIMATRONIC, TIDAK PRORFESIONAL, DAN BAU.

Itu alasan untuk memecatnya.

"Kenang-kenangan yang menarik," Mike terkekeh geli.

.

.

.

Tidakkah kalian heran? Korban pembunuhan berjumlah tujuh anak. Ke lima anak diketahui merasuki Freddy, Bonnie, Chica, Foxy, Marionette, dan Golden Freddy. Lalu bagaimana dengan Balloon Boy dan Mangle? Anak ke tujuh tewas saat restoran yang menyimpan Mangle dan BB itu sendiri. Tentu anak itu tidak masuk ke dalam dua Animatronic itu bukan?

Pernahkah kalian merasa kalau benda mati berbentuk seperti manusia atau tidak, namun benda mati itu sangat disukai anak-anak maupun orang dewasa itu terasa hidup?

Orang-orang akan mengasumsikan bahwa benda mati yang tampak hidup itu hanya halusinasi, khayalan, imajinasi dan sebutan lainnya. Sebagian orang mengatakan tidak, karena kita-lah para manusia yang membuat mereka 'bernyawa.'

Balloon Boy. Dia disenangi oleh anak-anak, karena tawa jenakanya dan tugasnya membagikan balon. Karena dia dianggap ada, dan mengemban tugasnya itu, Balloon Boy seakan hidup. Mungkin ini bisa saja hanya sugesti atau pengaruh bahwa tempat itu sedikit angker, mungkin.

Mangle. Awalnya ia hanya pengganti Foxy dengan wajah lebih ramah—walau gigi taringnya ada. Mangle bertugas menjaga anak-anak, menghibur mereka dengan suara wanita yang lembut—keibuan. Walau dia sering dijadikan mainan untuk anak-anak sampai tubuhnya tak berbentuk lagi. Dia tetap mengemban tugasnya, untuk melindungi. Anak-anak merusak chip suaranya, dan jadilah suaranya ter-distorsi tidak jelas.

Mangle disela-sela suara tak jelasnya itu seakan mengatakan; Ten One. Bagi kepolisian itu adalah kode, kode bahwa 'sinyal' lemah. Dalam arti meminta bantuan. Karena itu Mangle sering datang ke tempat yang berbahaya baginya di saat malam—kantor sang penjaga malam.

Sedangkan Balloon Boy datang bukan untuk memberi sang penjaga malam balon Hidrogennya. Suaranya dapat memanggil Animatronic—yang kerasukan maupun tidak. Tentu karena suaranya sangat natural seperti anak kecil, jadi para Animatronic akan datang padanya jika suasana sepi senyap, dan suara BB menggema dalam gedung itu. Seperti pepatah, ada gula ada semut.

.

.

.

"Kami terjebak, di dalam sini. Hampa. Adakah yang datang untuk menolong kami keluar dari sini?"

.

.

.

"Apa itu? Badut? Hiks—balon udara?"

"Hai!"

Sebuah kue besar muncul di hadapan sang anak yang menangis tersedu.

"Jangan khawatir, aku akan menolongmu!"

.

.

.

"Hiks—tolong..."

"Kau mau kue, Nak?"

"Toy Chica?! Hiks! Kau datang!"

"Aku kemari untuk menolongmu,"

.

.

.

"Hikss—siapa kau?"

"Anak kecil, jangan menangis lagi... kau mau kue?"

.

.

.

"F-Freddy?"

"Huhuh... huhuh... Jangan menangis, nak,"

"A-aku takut! Keluarkan aku dari sini!"

"Tenanglah. Jangan takut. Kemari, ikuti aku~!"

.

.

.

"Huaaaaaa!"

"He-hey, Nak! Jangan takut—"

"HUWAAAAA! BAYANGAN HITAM YANG MENGERIKAN!"

"D-duh... aku kemari untuk menolongmu, Nak,"

"Hiks—be, benarkah?!"

.

.

.

"Kisah kami sudah tersampaikan, didengar banyak orang,"

"Kami dengar semua doa itu,"

"Terima kasih atas doanya yang kalian panjatkan,"

"Itu membuat kami sedikit tenang,"

"Kami akan sangat tenang jika... dia terkena hukuman yang setimpal,"

"Dan akhirnya kami bisa melihat cahaya lagi, terima kasih~!"

.

.

.

"Semua sudah berkumpul?"

"Di hari paling bahagia ini, kita semua telah berkumpul! Senangnya!"

"Rasanya, hati ini lega sekali!"

"Aku tidak takut lagi! Hehe!"

"Aku masih ingin meminta maaf pada Foxy, uuuh,"

"Kurasa Foxy sudah mendengar permintaan maaf kita semua,"

.

.

.

"Ya, akhirnya kami bebas,"

.

.

.

"Jadi mereka menutup total tempat ini? Uh, baguslah! Mereka juga tidak memindahkan Animatronic itu,"

Surai ungunya meneteskan air pelan, angin malam menerpa ditambah hujan yang sedikit lebat itu. Jemarinya cekatan dalam membobol kunci pintu belakang gedung ini. Suara gemuruh petir dan cahaya kilatan menemaninya memasuki gedung tak terurus, gelap dan lembab. Sekitar dua-tiga tahun tempat itu tidak dipakai lagi.

Tak lupa ia tutup rapat-rapat pintu yang baru saja ia buka dengan paksa. Gelap, seluruh ruangan ini gelap gulita, sesekali terang karena kilat yang datang tiba-tiba, sinarnya memasuki celah langsung antara langit dan dalam gedung. Gelap bukan masalah baginya, matanya sudah terbiasa, dan dia sudah tahu denah gedung mungil ini. Karena ia sudah bekerja di sini sebelumnya, ia yang pertama kali berhasil menyelesaikan pekerjaannya selama seminggu di sini, dulu.

Dulu sekali. Menyamar menggunakan nama Alex, dan tentu wajahnya juga ia samarkan.

Tidak ragu lagi ia langkahkan kaki jenjangnya. Melewati beberapa tikus yang mendecit, takut akan kedatangan manusia satu ini. Tetesan hujan yang menerobos atap yang berlubang, jatuh keatas meja yang kotor karena tak terpakai lagi. Masih ada beberapa topi pesta berbentuk kerucut bertebaran di sana.

Ia mendekat, hanya beda satu ruangan dari Show Stage. Namun terlihat tiga Animatronic masih berdiri tegap di sana. Para robot itu tampak usang, berkarat dan tentu tidak ter-urus dengan baik. "Hmph! 'sensor' kalian masih berfungsi, 'kan?!" teriaknya sengaja, membuat gaduh.

Tiba-tiba salah satu ada yang bergerak. Beruang itu perlahan berjalan meninggalkan panggung, dan temannya. Freddy bergerak menghampiri suara tadi. "Ikuti aku!" pinta Vincent yang melangkah dengan cepat ke ruangan dekat pintu keluar itu.

Vincent masuk ke dalam ruangan bekas dapur dari restoran usang itu. Melihat Freddy datang, ia mempersiapkan dirinya.

"Kau mencariku?!"

Vincent dengan mudah menghancurkan Animatronic bertubuh gempal itu. Memakai gergaji mesin. Ia sengaja melakukannya dan memilih senjata itu agar semua Animatronic terbangun dan menghampirinya di sini.

.

.

.

"Maaf, Foxy. Kau yang paling kusuka, namun badanmu pada akhirnya kuhancurkan juga. Kalau saja kalian tidak mengincarku, aku tidak akan repot-repot menyamar dan menyelidiki kalian selama ini,"

"Dan menghancurkan kalian di sini!" lanjutnya sambil tertawa keji.

"Kalau saja kalian meneror orang lain selain diriku! Tentu aku akan senang!" Vincent pun meninggalkan serpihan Animatronic di lantai, membiarkan mereka berserakan seperti daun yang gugur dari pohonnya.

"Selamat tinggal, para bocah polos!" desisnya lalu melangkah ke dalam ruangan sebelahnya, bekas dapur. Di sana ia hendak meletakan mesin gergajinya itu dan membakar sarung tangannya. Namun matanya melihat ada kostum kosong tergeletak di sana, pojok ruangan ini. Kostum lusuh dan compang-camping tak sempurna itu tergeletak tak berdaya. Tercerai berai, tidak utuh. Telinga dari kepala kostum itu tidak sempurna dan tidak simetris lagi, sangat amat usang dimakan waktu.

"Huh? Dia…."

Vincent teringat. Kostum usang yang rusak itu adalah Golden Bonnie. Dulu digunakan pegawainya saat restoran pertama beroperasi, saat dia masih kanak-kanak dulu. Menemani sang Golden Freddy yang isinya robot, Golden Bonnie berisi manusia saat itu. Vincent merasa bernostalgia sesaat.

"Kenapa ada di sini? Bukannya sudah dibuang?" Vincent hendak menyentuh kostum itu. Namun ia melihat samar-samar cahaya putih berbaris menghalangi pintu keluarnya.

"Ugh— apa itu? Siapa kalian?!"

Vincent menatap empat cahaya kecil itu.

"Kami tidak mau melakukan ini lagi!"

"Sudah cukup!"

"Bebaskan kami!"

"Ini semua karena kau!"

Jeritan yang melengking, tangisan memilukan, emosi yang bercampur dendam. Semuanya terasa pada sahutan mereka. Vincent membeku, mukanya pucat walau tak terlihat begitu jelas karena gelap. Ia ingat wajah-wajah samar mereka, para anak-anak yang dibunuh olehnya.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi!"

Satu cahaya datang lagi. Vincent bergidik. "Ke-kenapa kalian—"

Lambat laun cahaya itu sedikit meredup dan menampakan wajah-wajah dan tubuh mereka dengan jelas, sangat jelas. Vincent tidak dapat menahan pekikan memilukannya itu.

"Karena kau menghancurkan 'wadah' kami,"

"Dan yang kami inginkan adalah, KAU!"

"HANYA KAU YANG BISA MENGAKHIRI PENDERITAAN INI!"

"Ti-tidak!" Vincent melangkah mundur. Ia menginjak kaki kostum Golden Bonnie, seketika ia punya ide. Vincent lagi pula tidak menemukan tempat keluar dari sini, selain menerobos mereka. Vincent tidak ingin disentuh oleh mereka, para korbannya yang menghantuinya kini.

Vincent dengan cepat memakai kostum kosong itu. "Minggir, para bocah! Aku berada dalam 'Animatronic' sekarang! Kalian tidak bisa menggapaiku!" Vincent terkekeh.

"Kau kira kami akan tertipu?"

Ke lima anak itu mendekat.

"Hush! Pe-pergi! Ugh—!?"

Vincent merasa perutnya sakit, seperti ada yang menusuknya. Ia menatap nanar kearah anak-anak itu. Mereka tidak terlalu dekat dengannya, dan tidak memegang apapun. Justru ke lima anak kecil itu tersenyum.

"Kau lupa? Korbanmu masih ada satu lagi, Springtrap,"

Vincent terkejut, ditambah rasa sakit yang bertambah secara bertubi-tubi. Sekujur tubuhnya terasa ditusuk benda tajam dari dalam kostum ini. Dari bahu sampai kakinya serasa ditusuk. Lalu wajahnya terasa panas, sangat panas hingga melepuh. Tubuhnya terdesak, seakan sebuah besi tajam menembus kulit dan dagingnya. Mengeluarkan warna merah dan bau anyir keluar dari sela-sela lubang kostum lusuh itu. Darahnya menyatu dengan air hujan yang menetes dari atap yang berlubang.

"Kau ingat sensasi itu? Itu adalah sensasi pisau dan gigi Foxy yang menancap pada tubuh kami! Foxy yang kau sukai!"

"Ugh—akh!"

Sebuah tusukan terakhir menembus dadanya. Membuat Vincent lemas karena kehilangan banyak darah dari dalam tubuhnya. Jantungnya terkoyak, isi perutnya terlihat dari luar, dan hampir keluar kostum. Dengan keadaan sekarat itu, tubuhnya terguncang beberapa kali.

Vincent sadar, bahwa seharusnya ia tidak menghancurkan Animatronic itu. Ide yang ia cetuskan sendiri setelah mengetahui kabar bahwa restoran ini ditutup dan ditinggalkan. Seharusnya ia tidak dibutakan emosinya sejak kecil. Hukum Karma datang padanya, terlambat untuk menyesali segala sesuatu yang telah ia lakukan. Ia yang telah merenggut nyawa-nyawa kecil itu, kehilangan masa depannya.

Matanya menatap dua makhluk putih di depannya. "Tidurlah untuk selama-lamanya," kini Vincent melihat ada tujuh anak di hadapannya, tepat di depan tubuhnya yang sekarat itu.

"Selamat tinggal Kakak—bukan. Vincent,"

Nafasnya berhenti di saat itu juga, setelah melihat cahaya ke tujuh, sesuai jumlah korban yang ia bunuh. Salah satu cahaya itu berasal dari dalam tubuhnya—lebih tepatnya kostum itu.

.

.

.

"Jadi kau yakin ingin bekerja di sana?"

"Tentu! Walau Animatronic sudah dihancurkan, mereka memasang kostumnya di wahana itu, 'kan? Kurasa kita berjaga saja di sana! Heheh!"

"Mungkin saja mereka masih merasuki benda itu?"

John dan Fritz menatap Mike serempak. "Kau terobsesi untuk menyempurnakan jiwa yang penasaran?"

"Jadi Exorcist saja, sana!" John mendengus.

"Aku hanya penasaran saja," Mike mengangkat bahunya.

.

.

.

Bangkai Animatronic yang tersisa dipajang di wahana rumah hantu setempat. Dan mereka bertiga akhirnya menjadi penjaga malam di sana secara bergiliran. Akankah mereka menemukan teror baru lagi?

.

.

.

Sedangkan ketujuh korban itu sudah bisa tersenyum di alam yang berbeda. Kalau saja Fritz tidak menutup tempat itu, mungkin Vincent tidak akan ke sana untuk 'mengakhiri permainan' ini dengan tidak sengaja. Dan kalau saja Fritz tidak membocorkan informasi kepada Mike. Kalau saja Freddy tidak mengagetkan Mike dan John, lalu 'membawa' mereka untuk menemukan pecahan puzzle terakhirnya.

"Akhirnya kita semua berkumpul, benar-benar lengkap!"

"Sudah lama aku menantikan hari ini,"

"Kuharap dia tidak membunuh orang lagi saat berada di dalam kostum itu,"

"Ya, kuharap juga begitu,"

"Untung saja Kakak Mike dan Kakak John bisa kubawa dan melihat kejadian sebenarnya,"

"Itu berbahaya tahu! Jangan kau ulangi lagi!"

"Uh—hiks! Kakak Jeremy maafkan aku,"

Ke tujuh anak kecil mengoceh ceria. Tidak ada rintihan, maupun amarah yang tertinggal di dalam mereka.

"Kalian semua berani bersatu. Aku salut pada kalian! Tidak apa, 'Foxy'. Aku mati pun sudah takdir. Sama, kita semua di sini juga sudah takdir,"

.

.

.

THE END?

G+

11 komentar:

  1. Ceritanya bagus dan juga panjang,

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  3. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete
  4. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    ReplyDelete
  5. mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajoqq.club...
    segera di add black.berry pin 58CD292C.
    WwW-AJoQQ.club| bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Situs Online Terlengkap Dan Terpercaya

    Satu User Id untuk Semua Permainan Online

    Bandar Online Terbaik Mbo128


    WhatsApp : 0852-2255-5128

    ReplyDelete
  8. ایدهکاو تنها کاوشگر رسانه های اجتماعی در ایران.هدف ما بازاریابی با داده‌های ارزشمندی است که روزانه در شبکه‌های اجتماعی تولید می‌شود.
    ما در ایده‌کاو می‌خواهیم از این داده‌ها برای توسعه کسب و کارهای استفاده کنیم.
    درسامانه بازاریابی ایدهکاو خدمات: خرید ممبرتلگرام - خرید ممبر واقعی تلگرام -بانک شماره موبایل -بانک اطلاعات مشاغل- بانک اطلاعات موبایل- خرید ممبر برای واتساپ - تبلیغات گسترده در واتساپ - تبلیغات در واتساپ - واتساپ مارکتینگ ارائه می شود

    ReplyDelete
  9. فروشگاه اینترنتی یزدبوک، امکان خرید اینترنتی کتاب را در هر کجای ایران که باشید برای شما فراهم کرده است. سرویس ارسال رایگان کتاب تا درب منزل حتی برای یک کتاب، برگزاری جشنواره‌های متعدد تخفیف کتاب، بسته‌بندی صحیح و مطمئن کتاب‌ها و ارسال کد رهگیری مرسوله از تمایزات عمدهٔ فروشگاه اینترنتی کتاب‌وب است.
    یزدبوک بانکی جامع از کتاب‌های ناشرین فعال در ایران است. چه کتاب‌ بزرگسال و چه کتاب‌ کودک و نوجوان. کتاب‌های موجود در کتاب‌وب علاوه بر اینکه هر لحظه در حال به‌روزرسانی‌اند، برای راحتی مخاطبان و پژوهشگران در حوزه‌ها و مدخل‌های متفاوتی دسته‌بندی شده‌اند تا مخاطبان فراخور علاقه و زمینهٔ پژوهشی‌شان، کتاب‌ها را به راحتی بیابند.
    حتی اگر کتاب مورد نظر را نیافتید، کافیست به پشتیبانی آنلاین سایت، نام کتاب را اعلام کنید.
    https://www.yazdbook.com/

    ReplyDelete