Five Nights At Freddy's (Episode 5)


Penulis: Scott Cawthon


Jeremy menyeruput kopinya. Malam ke lima, ia sudah terbiasa dengan teror. Teror telepon maupun dari Animatronic, juga sudah tahu kalau teleponnya tidak akan berfungsi setelah dia menyampaikan pesan.

"Hello, hello? Hei, kerja bagus, malam ke lima! Um, hei, um, tetap jaga mereka malam ini, ok? Um, dari apa yang saya pahami, bangunan ini dikunci, uh, tidak ada yang diperbolehkan masuk atau keluar, kau tahu, terutama mengenai segala... karyawan sebelumnya. Um, ketika semua beres, kita dapat memindahkanmu ke-shift siang hari, posisi itu jika menjadi... tersedia. Uh, kita tidak memiliki pengganti untuk pergeseranmu, tapi kami sedang mengusahakannya. Uh, kita akan mencoba untuk menghubungi pemilik restoran asli. Uh, saya pikir nama tempat itu... 'Fred Bear's Family Diner' atau sesuatu seperti itulah. Dan tempat itu telah ditutup selama bertahun-tahun, meskipun saya yakin kita bisa melacak siapa pemiliknya. Nah, hanya melewati satu malam lagi! Uh, bertahan di sana! Selamat Malam!"

"Hm, dua malam ini dia tidak terlalu mengoceh. Lagi pula apa maksudnya kalau tempat ini akan ditutup dan ada investigasi seperti yang ia katakan kemarin? Manajer tidak bilang apa-apa,"

Tanggap Jeremy sembari memutar musik yang masih sama, ia tidak terlalu terkejut saat nama restoran lawas itu disebut olehnya. Sang penjaga menyinari lorong depannya juga ventilasi kiri-kanannya. Ia sudah terbiasa mengira-ngira kapan kotak musik harus diputar lagi sebelum lagunya habis. Jeremy sigap dalam pekerjaan seperti ini.

'Hi!'

Jeremy tidak langsung panik, ia masih menyinari lorong di depannya. Menyinari Foxy dan Mangle yang sama-sama membuka mulutnya. Seram memang, karena gigi mereka sama-sama bertaring. Jeremy memutar kotak musik itu lalu memakai topengnya, membukanya di saat ia merasa aman.

'Hallo!'

Jeremy sudah hafal, jika suara BB sudah terdengar dua kali atau lebih, biasanya dia ada di ventilasi kiri, mengembangkan senyumnya. Di saat itu Jeremy hanya perlu memakai topengnya. Dan menunggu selama lima detik atau lebih agar BB pergi. Taktik itu ampuh melawan BB.

Kalau sisanya, hanya perlu menghambat mereka dengan senternya. Jika beruntung, mereka pulang ke tempat asal atau menghilang—walau kadang masih ada yang memaksa masuk ke dalam kantornya. Jeremy tentu masih kaget kalau ada yang muncul tiba-tiba di hadapannya, tangannya reflek memakai topeng Freddy. Bersyukur reflek-nya bagus, ia bisa bertahan selama ini.

Jeremy menaklukan malam ke lima ini tanpa hambatan yang berarti. Ia terima teror dengan resiko olah raga jantung tentunya. Ia tidak membuat Marionette terbangun, tidak membuat Foxy datang terlalu dekat, apa lagi mengelabui Animatronic yang ada di hadapannya secara tiba-tiba.

'BZZZZZT'

"Game lagi?" Jeremy menatap layar televisinya menghitam dan dihiasi garis horizontal berwarna putih.

Kali ini game berlatarkan suatu ruangan, di tengahnya ada sesuatu berbentuk tabung ungu berhias bintang. Jeremy berpikir itu adalah tirai, karena di dalamnya keluar karakter berwarna merah yang akan ia gerakan. Karakter itu mirip sekali dengan Foxy.

"Jadi kali ini aku bermain sebagai Foxy?"

Gumam Jeremy sambil menggerakan karakternya, mengikuti arah panah untuk keluar ruangan itu. Lalu Foxy yang ia gerakan bertemu dengan lima anak kecil yang bersorak riang ketika ia datang. Lalu karakternya kembali lagi ke awal, ruangan di mana ia semula muncul. "Eh?" Jeremy kira game-nya rusak atau entah kenapa, ternyata tidak.

"Dia lagi—"

Umpat Jeremy ketika matanya menangkap sosok ungu sedang tersenyum memandang Foxy yang ia gerakan. Jeremy menggerakan Foxy ke ruangan sebelah sesuai anak panah yang membimbingnya untuk yang ke dua kalinya. "Ap—apa-apaan ini?"

Matanya melihat lima anak berwarna abu-abu, tidak seperti yang sebelumnya anak-anak terlihat senang dan berwarna. Kini diam dan berwarna abu-abu. Sama seperti waktu kemarin, anak yang menangis, juga empat makhluk berwarna abu-abu dalam Give Gift / Give Life itu.

"Ja-jadi, begitu!?" Jeremy seakan menemukan sinar terang dalam teka-teki ini. "Apanya?" suara Manajer mengagetkannya. Sang Manajer telah datang ternyata, ia memang datang pagi sekali, sekaligus mengecek bawahannya yang satu ini. "A—tidak ada apa-apa, kok! Oh, iya, Pak! Boleh aku tanya sesuatu?"

"Ya?"

"Aku ingin tahu nama…. Waiter yang sedikit tua itu, ehm," Jeremy sulit menjelaskan ciri-ciri khusus orang yang ia maksud itu.

"Hm? Di sini banyak yang berumur lanjut juga, termasuk aku," ujar Manajer sedikit terkekeh. "Ehm, yang suka bilang 'uh', ada?" berharap Manajer tahu maksud Jeremy.

Manajer terdiam sejenak, berpikir. "Vincent? Kurasa itu yang kau cari. Dia memang sedikit gugup kadang,"

"Vincent, ya?"

"Memangnya ada apa? Ada masalah dengannya?" Manajer bertanya seperti itu membuat Jeremy menggeleng dengan cepat. Mana mungkin Jeremy langsung menuduh Vincent sebagai orang yang mengirim pesan dan membimbingnya setiap malam hari itu. Jeremy tidak punya bukti yang pasti.

"Tidak, kok! Hanya penasaran saja, kemarin belum sempat kenalan," Jeremy tersenyum canggung.

.

.

.

"Huhuh... huhuh,"

Tertawa dengan suara berat, perutnya yang besar, ditambah gerakannya yang tersendat-sendat itu. Toy Freddy sedang menghibur anak-anak yang sudah datang, rupanya ada pesta ulang tahun. Toy Chica membagi-bagikan kue, Toy Bonnie yang menemani dua maskot itu memegang gitarnya—atau Banjo? Pemandangan yang damai.

"Hmmm," Jeremy yang sudah berkemas dan siap pulang itu justru terdiam melihat aksi para trio maskot restoran ini. Sudah yang keberapa kalinya Jeremy berpikir kalau Animatronic bersifat aneh hanya malam saja.

"He? Kok, mereka diam saja?"

"Heeey, Toy Chicaaaa?"

"Kakak, apa mereka rusak?"

Keributan kecil membuyarkan lamunan Jeremy, ia baru sadar kalau ke tiga Animatronic menatapnya dan hanya diam. "He?" Jeremy melangkah mundur perlahan. 'Benar apa yang dikatakan pria itu! Mereka bertindak aneh saat melihat orang dewasa, mereka hanya menatap dan diam,'

"Sedang apa kau di sini!? Ayo ikut aku!"

Seseorang menariknya keluar restoran. "Mereka menatapmu, kau dianggap ancaman bagi mereka," jelasnya setelah berada di luar. "Anu, kau Vincent, 'kan?" Jeremy menatap waiter itu. "Uh…. Bagaimana kau tahu namaku?" dia mengerutkan alisnya. Wajar, karena terakhir bertemu ia belum sempat mengatakan namanya.

"Dari Pak Manajer,"

"Pantas saja, hey! Uh, kau sudah melewati malam ke lima? Hebat!" ia menepuk bahu Jeremy. "Kau yang mengirim pesan setiap malam untuk membimbingku bekerja, 'kan?"

"Uh, ya, bisa dibilang begitu—soalnya aku pernah bekerja di tempat yang lama sebelum ini. Karena itu aku cukup tahu banyak. Uh…. Tapi rekaman yang kukirim akhir-akhir ini baru kurekam sebelum kau bekerja. Artinya aku memang memberitahumu hal-hal baru!"

"Begitu? Ehm, terima kasih, ya. Kalau aku tidak mendengar pesanmu dan mengikutinya, mungkin aku tidak akan bertahan," Jeremy tersenyum.

"Sama-sama!" Vincent terseyum lebar.

"Boleh aku bertanya? Kurasa kau tahu banyak tentang restoran ini. Aku benar-benar ingin tahu apa yang terjadi sebenarnya dan apa maksudmu kalau aku ini ancaman bagi para Animatonic itu?"

"Uh. Aku tentu mau membagi info denganmu. Tapi kurasa di tempat lain saja kita bicarakan hal itu. Satu hal yang pasti ada satu pegawai yang sudah bergelagat mencurigakan dan merugikan restoran ini. Pak Manajer tidak memberitahumu?"

Jeremy menggeleng.

"Aku juga tidak tahu pasti, namun yang kudengar mereka akan menutup tempat ini sementara waktu, sesuai yang kurekam. Dan aku masih belum tahu kapan tempat ini akan ditutup. Jadi berhati-hatilah! Mungkin saja ada pegawai yang mengincarmu, atau aku, atau ia mengincar restoran ini, dan para Animatronic terkadang berperilaku seperti tadi karena merasa ada ancaman, mungkin,"

Jeremy manggut-manggut.

"Ah! Sudah dulu! Aku harus bekerja!" pria paruh baya yang bernama Vincent itu pergi ke dalam restoran. "Orang yang misterius, namun baik," celetuk Jeremy sambil melangkah pulang.

.

.

.

"Kali ini aku mendapat game tentang lima anak yang terbunuh itu," Jeremy membuka percakapannya. Fritz menengok dan langsung bersemangat. "Benarkah? Siapa yang membunuhnya?"

"Aku tidak begitu tahu. Yang aku mainkan sebagai Foxy, tapi aku benar-benar curiga dengan manusia berwarna ungu di game tersebut,"

"Setiap ada dia, pasti ada yang mati, ya, 'kan?" Fritz berujar. "Ya, aku juga sering mengatakan hal itu kepadamu, menurutmu dia itu termasuk pegawainya, 'kan?"

Fritz mengangguk mantap. "Tentu! Kalau orang lain kurasa tidak mungkin. Ia dengan leluasa keluar masuk tempat itu seperti yang kau ceritakan,"

Jeremy sering bercerita pada teman dekatnya itu. Tentang apa yang ia ketahui, termasuk game misterius yang muncul. "Dan ada salah satu pegawai yang sudah kuketahui dia sebagai Phone Guy. Dia yang mengirim pesan setiap malam dari awal aku berjaga. Namanya Vincent, dia tahu banyak tentang tempat itu, kurasa dia tahu semua insiden yang pernah terjadi pada restoran itu,"

"Jadi dia yang membimbingmu? Hm, apa dia memberitahumu tentang restoran?"

Jeremy menggeleng pelan. "Belum. Dia akan memberitahu nanti, entah kapan itu. Kurasa dia kunci teka-teki ini. Tapi, belum tentu ia tahu pembunuh dan di mana tubuh lima anak itu disembunyikan—"

"Atau dia yang melakukannya?" Fritz memotong kalimat sahabatnya itu. "Hey! Untuk apa dia membimbingku jika dia yang menyebabkan insiden ini? Kita tidak punya bukti, Frtiz," Jeremy menghela nafas.

"Whoa, aku tahu, aku hanya mengutarakan pendapatku. Dia bersikap cukup aneh, kau tahu? Kau pasti merasakannya juga. Kau marah karena aku tuduh pahlawanmu itu?"

Jeremy memijit pelipisnya. "Ah, terserah. Justru dia yang memberitahuku bahwa ada pegawai yang mencurigakan, lalu tempat kerjaku terancam tertutup dan lainnya,"

"Hm, ya, ya. Dia orang yang baik. Tapi apa berita yang ia beri padamu itu fakta? Tanyakan saja pada atasanmu," saran Fritz.

"Justru aku mencurigai Manajerku sendiri. Dia selalu tak percaya padaku. Dia selalu menatapku aneh, itu menggangguku,"

G+

3 komentar:

  1. Apakah itu semua olah pegawai yang misterius itu atau malah olah sang manejer sendiri.
    Semoga saja Jeremy bisa menguak mesteri itu.

    ReplyDelete
  2. Bosan tidak tahu mau mengerjakan apa pada saat santai, ayo segera uji keberuntungan kalian
    hanya di D*E*W*A*P*K / pin bb D87604A1
    dengan hanya minimal deposit 10.000 kalian bisa memenangkan uang jutaan rupiah
    dapatkan juga bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% :)

    ReplyDelete
  3. Situs Online Terlengkap Dan Terpercaya

    Satu User Id untuk Semua Permainan Online

    Bandar Online Terbaik Mbo128


    WhatsApp : 0852-2255-5128

    ReplyDelete