The Nail | Creepypasta

maxresdefault-thumb25255.jpg

Ketika usia ku 5 tahun, ibu ku selalu menyanyikan lagu tidur yang aneh untukku. Kira-kira seperti ini lah lagu nya.

“Waktunya untuk tidur, The Nail akan datang.”

“Tapi anak penurut tak perlu takut”

“Tutup mata kirimu, lalu yang kanan.”

“Saatnya ucapkan selamat malam.”

Hingga aku berumur 9 tahun, aku tak banyak memikirkan tentang arti lagu itu. Kupikir itu hanya lagu pengantar tidur biasa yang dinyanyikan oleh seluruh ibu yang ada di negeri ini kepada anak mereka. Baru setelah aku cukup besar dan aku mulai bertanya pada teman-temanku.

Namun aneh nya tak ada yang pernah mendengar lagu itu sama sekali.

Setiap malam, ketika aku hendak tidur, ibuku akan menyanyikan lagu pengantar tidur yang sama. Dan setiap malam, aku akan mengikuti sesuai liriknya. Aku akan menutup mata kiriku ketika lagunya mengatakan begitu, dan kemudian aku akan menutup mata kananku. Dan setelah kedua mataku terpejam, aku akan mencoba untuk tertidur.

Namun saat aku berumur 9 tahun, aku memutuskan untuk membaliknya.

Aku tak mengharapkan apapun untuk terjadi, sumpah. Itu hanya sebuah bentuk kenakalan seorang anak yang kini telah duduk di kelas 3 SD. Aku tak melakukannya ketika ibu masih menyanyikan lagu nina bobo itu. Aku tak ingin dimarahi oleh nya. Namun setelah ibuku meninggalkan kamarku, aku membuka mataku lagi. Dan kali ini aku menutup mata kananku dulu ....

Aku segera membuka mataku lagi. Aku melihat sesuatu. Seseorang, di tengah cahaya remang-remang yang masuk menembus jendela kamarku, aku melihat sekilas sesosok lelaki, berdiri di pojok kamar ku. Ia berdiri di sana, menghadap ke dinding. Dan kupikir, ketika aku membuka mata kananku lagi, orang itu akan membalikkan badannya ke arahku.

Tetapi ia malah menghilang.

Aku masih ingat, pikiranku seperti melaju kencang dalam kepalaku. Aku tak yakin aku telah melihat sesuatu tadi. mungkin itu hanya imajinasiku. Namun bagaimana jika bukan? Bagaimana jika sesuatu memang ada di sana, sesuatu yang hanya bisa kulihat dengan mata kananku tertutup? Aku tak pernah melihatnya sebelumnya di kamarku sebelum ini. Ia tak pernah mengangguku. Jika ia benar-benar ada, mungkin saja ia tidak berbahaya ? Namun bagaimana kalau ternyata ia ingin menyakitiku?

Aku takut jika aku melihatnya lagi. Namun aku juga penasaran. Makanya aku menutup mata kananku kembali.

Ia tak lagi ada di pojok ruangan. Ia kini berdiri tepat di samping ranjangku. Dan dari sedikit cahaya yang menyinari kamarku, aku bisa meihat bahwa ia sedang memegang pisau yang diarahkan tepat di atas dadaku.

Saat ia menghujamkan pisau itu, aku segera melompat dari atas ranjang ke lantai. Aku mendengar bunyi selimut yang sobek ketika pisau itu menembus dan mencabiknya. Aku membuka kedua mataku kali ini, namun ternyata aku tetap bisa melihatnya. Ia menoleh ke arahku dan aku memutuskan berlari untuk mencari ibuku.

Ia kemudian berjalan ke arahku ketika aku mulai pergi menuju ke pintu di tengah gelapnya kamarku. Aku menoleh dan melihatnya dengan lebih jelas.

Pertama kupikir ia adalah seorang laki-laki, namun sekarang aku tak yakin. Bukannya aku mengatakan ia perempuan, namun wajahnya tampak tak bisa dibedakan apakah ia laki-laki atau perempuan. Mungkin ia keduanya, atau bahkan mungkin bukan kedua-duanya.

Aku tak memperhatikannya dengan saksama, karena saat itu yang kupikirkan hanya bagaimana menyelamatkan nyawaku dari ancaman nya. Namun ada 3 hal yang kuingat darinya.

Ia hanya memiliki satu mata yang menyala dan terbuka lebar. Tidak, matanya tidak terpusat di tengah seperti cyclops, namun matanya ada di sebelah kiri seperti mata manusia normal. Namun di tempat dimana seharusnya terdapat mata kanan, tak ada apapun di sana. Tak ada lubang atau apapun. Hanya kulit yang halus, seolah tak pernah ada apapun di sana.

Namun itu bukan hal yang paling aneh darinya. Hal lainnya adalah mulutnya. Ia tersenyum, mulutnya membuka lebar. Namun di antara kedua bibirnya, seperti tak ada bukaan atau rongga mulut. Bahkan tak ada gigi. Yang kulihat seperti lempengan keramik yang rata dengan garis-garis yang menyerupai gigi dilukis di atasnya.

Dan hal yang paling aneh dan menyeramkan adalah kukunya. Hanya ada satu. Apa yang aku kira sebagai sebuah pisau ternyata bukanlah pisau sama sekali. Aku baru menyadari bahwa itu adalah kuku jari tengahnya. Jari-jari lain di tangannya nampak normal. Namun jari tengahnya membesar dengan ukuran yang menjijikkan dan kuku yang tajam dan melengkung seperti pisau mencuat di ujung jari tersebut.

Aku berusaha keras membuka pintu, namun pintu itu sepertinya macet. Makhluk itu terus mendekatiku sambil meringis bengis. Pisau, ah bukan, kukunya terarah kepadaku.

Akhirnya di detik-detik terakhir sebelum ia berhasil menghujamkan benda tajam itu ke dadaku lagi, aku berhasil membuka pintu dan berlari sambil menangis menjerit-jerit menuju kamar ibuku.

Aku tak menoleh. Aku hanya terus berlari. Dan ketika aku sampai di depan kamar ibuku, aku langsung membukanya tanpa mengetuk terlebih dahulu dan melompat ke atas tempat tidur.

“Ada apa sayang?” ibuku sepertinya telah tertidur dan kurasa aku telah membangunkannya. Dengan mata yang masih mengantuk, ia bangun dan menoleh ke arahku.

“Aku melihatnya,” aku terisak, “Aku melihat The Nail!”

“The Nail?” tanya ibuku. Aku segera melingkarkan tanganku di pinggangnya untuk memeluknya.

“The Nail! Dari lagu itu! Aku menutup mata kananku dulu, lalu aku melihatnya!”

“Lagu apa Nak? Ibu tak mengerti maksudmu ...”

Aku menatap ibuku dengan mata berkaca-kaca, “Lagu nina bobo yang selalu ibu nyanyikan setiap malam di kamarku sebelum aku tidur.”

Wajah ibuku langsung tampak merasa bersalah.

“Nak, maafkan ibu. Aku tahu ibu salah, selalu pulang larut malam sehingga agak mengabaikanmu. Namun ibu tak pernah menyanyikan lagu nina bobo di kamarmu. Tiap kali ibu mau masuk ke kamarmu untuk mengucapkan selamat malam, kau selalu sudah tertidur. Ibu tak pernah masuk ke kamarmu.”

Seketika suasana pun menjadi hening, di sisi lain aku merasa sock. Lalu aku memutuskan untuk tidur bersama ibu ku malam ini, sebab aku tak ingin mengambil resiko untuk bertemu The Nail lagi :'(

G+

0 komentar:

Post a Comment