Five Nights At Freddy's (Episode 7)


Penulis: Scott Cawthon


Jeremy mendengar langkah Vincent menjauh, semakin jauh, dan tak terdengar lagi. Ia di tinggal sendiri di dalam kantornya. Sesaat kemudian Jeremy dapat membuka matanya dan berbicara kembali. Namun, ia tidak dapat menggerakan tubuhnya walau hanya ingin menggerakan satu jarinya saja.

"Si-sial!" umpatnya, lalu melihat sekelilingnya. Sepi senyap, tak ada suara. Jeremy menelan ludahnya, khawatir jika ada Animatronic datang mendekat. Ia tidak bisa memakai topeng Freddy maupun memutar kotak musik untuk Marionette.

Jeremy berpikir inilah akhir hidupnya. Ia sedikit menyesal telah bertemu sang pembunuh sesungguhnya dan meminta ia menceritakan apa yang terjadi. Tapi itu sudah terjadi, dan mungkin ini sudah takdirnya.

Nafas Jeremy memburu ketika ia mendengar langkah-langkah dari ventilasi kiri dan kanannya. Dan tiba-tiba ada musik yang terdengar dari televisi yang tidak dinyalakan itu. Musik itu mengalun dengan cepat, Pop! Goes the Weasel judulnya. Jeremy merasa bulu kuduknya berdiri, dan ekspresinya sangat tegang.

"J-jangan," Jeremy gemetar.

"Aku—aku bukan pembunuh!" erangnya.

Suara statik terdengar nyaring. Di selingi kata 'Ten One'. Jeremy tahu, Mangle sudah datang. Yang Jeremy tahu, enam korban yang dibunuh Vincent itu merasuki enam Animatronic, termasuk Marionette. Dan Jeremy sadar, para Toy dengan Animatronic lama itu bergerak secara bergantian saat ia bekerja di malam-malam sebelumnya. Dalam arti, mereka kadang merasuki Animatronic yang baru.

Nafasnya tercekat, dan ia merasa ruangan ini sangat panas. Kipas angin sudah memutar sejak tadi padahal. Mata Jeremy tidak mau diam, ia terus melihat sekelilingnya. Telinganya terus mendengar suara statik dari Mangle, maupun suara musik yang mengalun cepat di ruangan itu secara bersamaan.

"K-kumohon," lirih Jeremy. Percuma saja ia berteriak minta tolong, restoran ini tertutup rapat, dan kantor tempat Jeremy terjebak jauh dari pintu keluar.

Jeremy memejamkan matanya sejenak, berharap ini hanya mimpi.

"Ahahahah!"

Suara tawa BB kini menambah ramai suasana kantor. Tawa itu tidak mau berhenti, beradu dengan suara Mangle dan kotak musik.

Jeremy tak tahan mendengar keributan ini, seandainya tangannya bisa bergerak. Ia langsung membuka matanya.

"AAAAAAAAAAAAAHHHH!"

Teriaknya tak tertahan ketika ia membuka matanya.

Tidak hanya keributan, ternyata kantor ini penuh sesak. Penuh sesak karena para Animatronic berada di ruangan ini.

Balloon Boy tersenyum dari ventilasi kiri, suara tawanya tidak mau berhenti. Lalu Foxy yang membuka mulutnya, berdiri dekat ventilasi kiri. Golden Freddy yang tidak berisi Endoskeleton, terduduk di belakang Chica yang juga membuka mulutnya. Rentangan tangan tak sempurnanya Chica menghalangi badan Golden Freddy.

Lalu Freddy sang pemimpin dengan perut buncitnya dan mulutnya yang sedikit terbuka itu tepat berada di depan Jeremy, kalau sendainya Jeremy bisa bergerak, ia pasti akan menendang meja di depannya lalu kabur menerobos barisan Animatronic ini.

Di sebelahnya Freddy, ada Animatronic yang Jeremy benci. Bonnie tanpa wajah, kabel yang menjulur tak karuan di tangan kirinya, cara berdiri sedikit aneh dari yang lainnya. Sepasang LED merah di dalam kegelapan muka Bonnie menyala-nyala.

Senyum Marionette yang paling mencolok. Tingginya melebihi tinggi telinga Bonnie. Badannya yang kurus dan hitam legam, hanya ujung tangan dan kakinya yang dihiasi warna putih-hitam layaknya zebra cross itu. Jarinya yang hanya ada tiga—mungkin. Jeremy kira dia adalah Slender Man yang sedang memakai topeng.

Di ventilasi kanan ada wajah Mangle, mulutnya yang tak pernah tertutup itu, matanya yang hilang satu. Melengkapi mimpi buruk Jeremy malam ini.

Mereka berbaris menatap Jeremy. Ia tidak perduli kalau para Animatronic baru tidak ikut berbaris, toh, mereka hanya 'wadah' baru bagi para Animatronic lama, menurut Jeremy.

Jeremy bersumpah, ia lebih memilih langsung mati terkena serangan jantung dari pada terkejut melihat mereka namun masih hidup.

Nafas Jeremy tidak beraturan. Berkali-kali ia kedipkan matanya, atau menggigit lidahnya hanya untuk merasakan sakit. 'Ini bukan mimpi!'

Bibir Jeremy bergetar. "Pem-pembunuh yang—kalian cari, sudah p-pergi. Aku—bukan, aku bukan pembunuh! To-tolong tinggalkan aku," lirih Jeremy sedikit menunduk agar menghindari kontak mata dengan mereka.

Suara-suara itu masih berlomba, tak mau berhenti. Membuat kepala Jeremy semakin pusing dan berat.

"Ugh—Vincent yang membunuh kalian! Bukan, bukan aku!"

Seketika itu juga, tidak ada suara. Semua lenyap.

.

.

.

"Aku bukan pembunuh! Aku belum membunuh siapapun! Belum,"

.

.

.

"Kenapa kau mencelakai anak itu, Jeremy!? Mamah tidak mau kau jadi anak nakal! Dia sekarat, sekarang!"

"Anak itu memukuli kucingku, Mah! Aku sangat kesal waktu itu!"

"Tapi seharusnya kau tidak mencelakainya sampai seperti itu!"

Jeremy teringat masa lalunya. Kini ia ingat kenangan itu. Kenangan pahit yang membuat sang ibunda menjadi over protectif .

.

.

.

"Hey! Bagaimana semalam?" Manajer memasuki ruangan sang penjaga. "Uh, semuanya beres! Tidak terjadi apa-apa," jawabnya.

"Baguslah, aku percaya kau. Ketimbang Jeremy, dia benar-benar harus dipindah ke-shift siang, atau kupecat saja. Aku muak mendengar ceritanya yang dihantui para Animatronic. Benda mati mana bisa menerornya!" Manajer terkekeh. Tunggu, kenapa ia membicarakan dirinya?

"Baiklah, Vincent, besok malam kau berjaga lagi," lanjut Manajer.

Jantung Jeremy terasa sakit. Manajer menatapnya, berbicara dengannya, namun memanggilnya Vincent.

"Uh, aku tidak bisa, ada urusan yang harus kuselesaikan,"

'H-he? Bukan itu yang ingin kukatakan!'

"Baiklah, mungkin aku akan mencari yang lain saja. Kurasa aku harus memecat Jeremy. Aku tidak ingin restoran ini dicap angker hanya karena satu anak saja,"

Ujar Manajer lalu pergi.

Jeremy merasa tubuhnya bergerak sendiri. 'Ke-kenapa ini!? Aku tidak bisa bicara sesukaku!?'

Jeremy mengambil apron yang biasa para waiter kenakan. "Hey, Vincent! Kau habis jaga malam? Langsung bekerja lagi?" sapa salah satu pegawai.

"Uh, Ya, sudah biasa, sebenarnya,"

Jeremy bersumpah sekali lagi, bukan itu yang hendak ia katakan kepada lawan bicaranya.

Restoran pun dibuka. Ada pesta ulang tahun lagi yang diadakan di Freddy Fazbear's Pizza ini. Semua pegawai sibuk, dan Jeremy disuruh Manajer untuk mengeluarkan Foxy. Lalu meletakkannya di Kid's Cove.

Jeremy tidak tahu kenapa orang-orang memanggilnya sebagai Vincent, dan ia berbicara seolah bukan dirinya juga.

Sampai suatu waktu, Jeremy melihat dirinya sendiri datang. "Oh, Jeremy? Kenapa datang? Kau sudah kusuruh cuti, bukan?" Manajer menyambutnya.

"Aku ingin membantu, boleh?" Jeremy itu tersenyum, dan menatap Jeremy yang sedang bekerja. "Hm, baiklah," Manajer menyetujuinya begitu saja.

.

.

.

Siang hari yang cerah ini, para anak-anak bersuka cita merayakan pesta. Termasuk para pegawainya dan para Animatronic yang ikut serta menghibur anak-anak.

Namun Jeremy yang masih di liputi kebingungan itu tak tahu harus bagaimana. Ia tidak bisa bicara semaunya. Seakan ini bukan dirinya. Dan Jeremy yang di sana terlihat senang dan bahagia.

Puncak kebingungan Jeremy muncul saat tak sengaja dirinya menatap cermin. Yang muncul bukan wajahnya, melainkan wajah Vincent yang cukup berumur. 'APA!? Pa-pantas saja mereka mengira aku ini Vincent! Lalu—siapa Jeremy yang di sana? Apa yang sebenarnya terjadi!?'

"KYAAAAAAA!"

Teriakan yang menggemparkan seisi restoran. Semua orang ribut dan panik Jeremy langsung berlari kearah keributan itu.

"Ada apa—?"

Jeremy—yang dikira Vincent itu melihat pemandangan yang tidak boleh dilihat oleh anak kecil sekalipun. Sang Manajer tergopoh-gopoh menghampiri ruangan ini. Lalu berteriak kesal. "JEREMY! Apa yang kau lakukan!? Apa yang telah terjadi!?"

Jeremy—yang dikira Vincent itu melihat Jeremy yang di sana sedang memasukan kepala anak kecil ke dalam mulut Foxy. Ia menggendong anak kecil itu.

Darah menetes dari gigi taring Foxy yang menancap ke dalam kepala anak kecil itu.

.

.

.

"KAU DIPECAT!"

Jeremy yang di sana tersenyum.

'AKU TIDAK AKAN BERBUAT SEPERTI ITU!? SIAPA DIA?!' umpat Jeremy dalam hati setelah menyaksikan pembunuhan di depan umum, membunuh anak kecil dengan memasukan kepalanya kedalam mulut Foxy. Walau dia mengakui bahwa itu tidak sengaja dan salah Foxy yang tiba-tiba menggigit anak itu.

.

.

.

Malamnya, Jeremy—yang dikira Vincent masih bekerja, tubuhnya bergerak sendiri bukan atas kemauannya. "Hari ini aku langsung dapat pekerja baru," Manajer memberitahu. Wajah Manajer terlihat capek sekali, tentu karena polisi menginterogasinya.

"Namanya Fritz Smith, dia teman Jeremy. Dia bersedia menjaga malam ini,"

Jeremy kaget, namun tubuhnya tidak mengatakan demikian. "Berharap dia bekerja dengan baik, uh, dan semoga restoran ini tidak ditutup karena kejadian tadi siang,"

Jeremy melihat teman terbaiknya itu. "Namaku Fritz Smith, salam kenal—" temannya itu terdiam sejenak.

'Fritz! Ini aku!'

"Ya, semoga tidak ditutup. Aku baru saja kerja di sini. Anu, apa benar Jeremy melakukan hal seperti itu?" tanya-nya.

"Salam kenal, aku Vincent. Uh. Kulihat dia melakukannya, dan tersenyum. Kurasa dia aneh," Jeremy mengatakan seperti itu, bukan kehendaknya.

"Aku teman dekatnya, polisi juga sudah menanyakan kepadaku bagaimana kesehariannya Jeremy. Kurasa Jeremy yang kutemui siang tadi bukanlah Jeremy yang sesungguhnya,"

'Ya! Dia bukan Jeremy yang asli! Aku yang asli ada di sini!'

Manajer dan Jeremy—dikira Vincent itu memasang wajah heran. "Mungkin dia berubah karena stress atau pengaruh obat?"

"Dia tidak seperti itu," Frtiz bersedih.

.

.

.

"Sungguh keterlaluan! Kini kita terancam ditutup, dan pegawai baru merusak Animatronic!?"

Manajer menaikan suaranya.

"Ta-tapi, Pak! Mereka meneror saya! Saya hanya melindungi diri saya sendiri dengan topeng itu! Karena Jeremy selalu bercerita tentang kerjanya di sini! Saya bersumpah, saya tidak melakukan apapun!"

"Saya sudah melihat seluruh rekaman kamera pengintai. Termasuk saat Jeremy berjaga. Kau dan dia sama saja! Sama-sama pembohong! Ini!"

Manajer memberikan secarik kertas berwarna merah muda dan memberi Fritz amplop. "Kau dipecat." nadanya penuh penekanan.

.

.

.

Jeremy masih terjebak. Ia tak tega melihat temannya pergi dari restoran ini. 'FRTIZ!'

Dalam hati Jeremy menjerit, meneriaki nama temannya. Memandang punggung temannya yang semakin jauh dan membuka pintu keluar restoran.

"F-FRTIZ!" bibirnya meneriaki nama itu. Akhirnya Jeremy merasakan bibirnya adalah miliknya sendiri. Makhluk yang mempunyai nama itu menengok dan menatap nanar ke sumber suara yang barusan memanggilnya.

"F—"

Lidah Jeremy kelu. Namun Fritz datang menghampirinya dengan cepat. "Kau—kau bukan Vincent, 'kan?! Itu suara Jeremy!" Frtiz mengguncangkan tubuh Jeremy.

Sayang sekali, tubuhnya kembali diluar kontrolnya.

"Kau Jeremy, 'kan!?" teriak Fritz, mengundang perhatian para pegawai di pagi itu.

"A—aku, Jeremy—" Jeremy merasa pipinya basah. Ia tidak bisa menggerakan badannya.

"Foxy!?" para pegawai kaget melihat rubah itu bergerak sendiri dengan tiba-tiba, menghampiri Vincent—yang menyebut dirinya Jeremy itu. Foxy yang sudah diteliti oleh para teknisi itu masih disimpan di restoran itu. Polisi berencana membawa Foxy hari ini sebenarnya.

Fritz yang masih mengguncangkan tubuh Jeremy, tidak tahu ada Foxy yang menghampiri mereka dari belakang Fritz.

"Awas!"

Terlambat. Fritz membuka matanya lebar-lebar seakan tak percaya. Bau anyir menyeruak dan mengotori wajahnya, dan juga wajah Jeremy.

"J-JEREMY!" teriaknya sekali lagi sembari menahan tubuh Jeremy yang lemas seketika. Wajahnya kini benar-benar Jeremy, bukan Vincent lagi.

"Ada apa dengan Foxy!?" para pegawai panik, dua kali mereka mengalami hal berdarah seperti ini. "Panggil Ambulan!" perintah Manajer.

"JEREMY! Bertahan—" Fritz merasa teman baiknya itu tersenyum dan menutup matanya untuk selama-lamanya.

Foxy masih berdiri di sana, membatu. Hook-nya masih meneteskan darah Jeremy. Dengan hook-nya itu ia mengoyak leher Jeremy dari belakang Fritz.

.

.

.

Setelah apa yang terjadi Manajer menyuruh para pegawai menutup mulut atas tragedi yang dialami Jeremy. "Sudah cukup insiden di tahun 1987 ini,"

Maka yang tersebar hanya insiden di mana seorang anak tergigit Animatronic. Dan seluruh orang yang bekerja di sana memilih bungkam ketika melihat Vincent saat itu adalah Jeremy. Lalu siapa 'Jeremy' yang membunuh anak kecil yang katanya tidak sengaja itu?

.

.

.

ROBOT DIBUANG.

FREDDY FAZBEAR'S PIZZA DITUTUP.

Setelah buka hanya dalam beberapa minggu saja, Freddy Fazbear's Pizza menutup pintunya. Animatronic baru akan dibuang karena sistemnya rusak. Dan Animatronic yang lama tetap disimpan dan berharap bisa digunakan kembali untuk perusahaan itu.

"Ini hanya kemunduran kecil. Kami yakin, kami akan membuka kembali suatu hari nanti. Sekali pun dalam dana yang kecil." –CEO Fazbear Ent.

G+

2 komentar:

  1. ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
    Promo Fans**poker saat ini :
    - Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
    - Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
    - Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
    Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

    ReplyDelete
  2. mari segera bergabung dengan kami.....
    di ajoqq.club...
    segera di add black.berry pin 58CD292C.
    WwW-AJoQQ.club| bonus rollingan 0,3% | bonus referral 20% | minimal deposit 15000

    ReplyDelete